Senin, 21 Desember 2009

kalimat efektif

Kalimat Efektif

Suatu kalimat dapat dikatakan efektif jika telah berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.

Syarat-syarat kalimat yang baik yaitu :

* Strukturnya benar
* Pilihan katanya tepat
* Hubungan antar bagiannya logis
* Ejaan yang digunakan harus benar

Ciri-ciri kalimat efektif yaitu memiliki :

* Kesatuan gagasan . Memiliki subyek, predikat, serta unsur-unsur lain seperti obyek dan keterangan yang saling mendukung dan membentuk suatu kesatuan yang tunggal.
* Kesejajaran. memiliki kesamaan bentukan atau imbuhan, maksudnya jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja imbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
* Kehematan. Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu.
* Penekanan. kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan. Caranya yaitu : mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan meletakkan bagian yang penting di depan kalimat, menggunakan partikel penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel -lah, -pun, -kah, menggunakan repetisi yaitu dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting, menggunakan pertentangan yaitu dengan mengunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna atau maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
* Kelogisan. Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis atau masuk akal.

Minggu, 20 Desember 2009

tema karangan

Tema Karangan
Sebelum kita membahas tentang tema karangan ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian dari karangan tersebut. Karangan adalah karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Sedangan tema adalah suatu perumusan dari topic yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topic tadi.
Tema karangan itu sendiri bergantung dari jenis karangan yang kita buat, sedangkan jenis karangan tersebut bannyak macamnya. Tidak mungin tema untuk karangan deksriptif sama dengan tema karangan persuasi. Disini kita kan membahas macam-macam karangan beserta tema-tema yang cocok untuk karangan tersebut

Jenis karangan
1. Narasi
Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur.
Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi.
Contoh narasi yang berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman.
Contoh narasi yang berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
Untuk narasi kita dapat bebas memakai tema apa saja yang kita inginkan karena narasi hanya bersifat cerita.

2. Deskripsi
Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/ keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.
Ciri-ciri deskripsi:
* menggambarkan atau melukiskan sesuatu
* penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera
* membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri
Topik yang tepat untuk deskripsi misalnya:
* Keindahan Bukit Kintamani
* Suasa pelaksanaan Promosi Kompetensi Siswa SMK Tingkat Nasional
* Keadaan ruang praktik
* Keadaan daerah yang dilanda bencana

3. Eksposisi
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik.
Topik yang tepat untuk eksposisi, antara lain:
* Manfaat kegiatan ekstrakurikuler
* Peranan majalah dinding di sekolah
* Sekolah kejuruan sebagai penghasil tenaga terampil.
Catatan: Tidak jarang eksposisi berisi uraian tentang langkah/ cara/ proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.

4. Argumentasi
Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta sebagai alasan/ bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.
Tema/ topik yang tepat untuk argumentasi, misalnya:
* Disiplin kunci sukses berwirausaha,
* Teknologi komunikasi harus segera dikuasai,
* Sekolah Menengah Kejuruan sebagai aset bangsa yang potensial.


5. Persuasi
Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.
Topik/ tema yang tepat untuk persuasi, misalnya:
* Katakan tidak pada NARKOBA,
* Hemat energi demi generasi mendatang,
* Hutan sahabat kita,
* Hidup sehat tanpa rokok,
* Membaca memperluas cakrawala.

Beberapa hal penting agar tema dapat/ mudah dikembangkan:
• Jangan mengambil tema yang bahasannya terlalu luas, atau batasi topik yang kita ambil, pembatasan topic sekurang-kurangnya akan membantu pengarang sekurang-kurangnya dalam beberapa hal yaitu :
a. Memungkinkan penulis untuk menulis dengan penuh keyakinan dan kepercayaan, karena topic itu benar-benar diketahuinya.
• Pilih tema yang kita sukai dan kita yakini dapat kita kembangkan
• Pilih tema atau sumber-sumber yang bahannya dapat kita peroleh dengan mudah.

Tema yang baik harus:
1. Jelas gagasan pokok dan tujuannya
2. Ada kesatuan gagasan
3. Dikembanngkan dengan baik:
a. Gagasan pokok rinci
b. Rinciannya diurutkan secara logis
4. Asli:
a. Pokok persoalan
b. Sudut pandang
c. Rangkaiian kalimat
d. Pilihan kata
5. Judul harus :
a. Asli: jangan menggunakan judul yang sudah pernah ada, bila terpaksa dapat dicarikan sinonimnya.
b. Relevan : setelah menulis, baca ulang karangan anda, lalu carilah judul yang relevan dengan karangan anda
c. Provokatif : judul tidak boleh terlalu sederhana, sehingga (calon) pembaca sudah dapat menduga isi karangan anda, kalau (calon) pembaca sudah dapat menebak isinya tentu karangan anda sudah tidak menarik lagi
d. Singkat : judul yang singkat memungkinkan pembaca menangkap secara cepat maknanya. Bila judul itu panjang, (calon) pembaca harus membuang energi terlebih dahulu untuk membacanya.

outline

soal :

1. Jelaskan pengertian kerangka karangan/outline ?

2. Jelaskan manfaat outline ?

3. Jelaskan langkah-langkah menyusun outline ?

4. Sebutkan macam-macam outline ?

jawab :

1. Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang memuat garis- garis besar dari suatu karangan yang akan digarap, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur dan teratur.

2. Manfaat outline/kerangka karangan :

a. Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.

b. Untuk menyusun karangan secara teratur.

Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.

c. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda.

Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.

d. Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih.

Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang diutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal yang demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian tadi.

e. Memudahkan penulis mencari materi pembantu.

Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.

Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah siap, ia dapat menyusutkan kembali kepada kerangka karangan yang hakekatnya sama dengan apa yang telah dibuat penggarapnya. Dengan penyusutan ini pembacaakan melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu. kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyelurih, bukan secara terlepas-lepas.

3. Langkah-langkah menyusun outline :

a. Langkah pertama adalah merumuskan tema yang jelas berdasarkan suatu topik dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi. Tema yang dirumuskan untuk kepentingan suatu kerangka karangan haruslah berbentuk tesis atau pengungkaan maksud.

b. Langkah kedua adalah mengadakan inventarisasi atau mengumpulkan topik-topik bawahan yang dianggap merupakan rincian dari tesis atau pengungkapan maksud tadi. Dalam hal ini penulis boleh mencatat sebanyak-banyaknya topik-topik yang terlintas dalam pikirannya, dengan tidak perlu langsung mengadakan evaluasi terhadap topik-topik tadi.

c. Langkah ketiga adalah mengadakan evaluasi semua topik bawahan yang telah tercatat pada langkah kedua di atas. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut:

Pertama: apakah semua topik yang tercatat mempunyai relevansi atau pertalian langsung dengan tesis atau pengungkapan maksud. Bila ternyata sama sekali tidak ada hubungan maka topik tersebut dicoret dari daftar di atas

Kedua: Semua topik yang masih dipertahankan kemudian dievaluasi lebh lanjut. Bila ada dua topik atau lebih yang hampir sama, maka harus dibuat perumusan baru yang mencakup semua topik tadi.

Ketiga: Evaluasi lebih lanjut ditujukan kepada persoalan, apakah semua topik sama derajatnya, atau ada topik yang sebenarnya merupakan bawahan atau rincian dari topik lain. Bila ada masukkanlah topik bawahan itu ke dalam topik yang dianggap lebih tinggi kedudukannya.

Keempat: Ada kemungkinan bahwa ada dua topik atau lebih yang kedudukannya sederajat, tapi lebih rendah dari topik yang lain. Bila terdapat hal yang demikian, maka usahakanlah untuk mencari satu topik yang lebih tinggi yang akan membawahi topik-topik tadi.

d. Untuk mendapatkan sebuah kerangka karangan yang sangat rinci maka langkah kedua dan ketiga dikerjakan berulang-ulang untuk menyusun topik-topik yang lebih rendah tingkatannya.

e. Sesudah semuanya siap masih harus dilakukan langkah yang terakhir, yaitu menentukan sebuah pola susunan yang paling sesuai untuk mengurutkan semua rincian dari tesis atau pengungkapan maksud sebagai yang telah diperoleh dengan mempergunakan semua langkah di atas. Dengan pola susunan tersebut semua rincian akan disusun kembali sehingga akan diperoleh sebuah kerangka karangan yang baik.

4. Macam-macam outline :

A. Berdasar Sifat Rinciannya:

1. Kerangka karangan Sementara / Non-formal:

cukup terdiri atas dua tingkat, dengan alasan:

a) topiknya tidak kompleks

b) akan segera digarap

2. Kerangka karangan formal:

terdiri atas tiga tingkat, dengan alasan:

a) topiknya sangat kompleks

b) topiknya sederhana, tetapi tidak segera digarap

Cara kerjanya:

Rumuskan tema berupa tesis , kemudian pecah-pecah menjadi sub-ordinasi yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan utama. Tiap sub-ordinasi dapat dirinci lebih lanjut. Tesis yang dirinci minimal tiga tingkat sudah dapat disebut kerangka karangan formal.

Agar tingkatan-tingkatan jelas hubungannya, dipergunakan simbol-simbol dan tipografi yang konsisten bagi tingkat yang sederajat.

Simbol-simbol berupa:

Topik tingkat 1: angka Romawi I, II, dan seterusnya

Topik tingkat 2: huruf kapital A, B, dan seterusnya

Topik tingkat 3: angka Arab 1, 2, dan seterusnya

Topik tingkat 4: huruf kecil a, b, dan seterusnya

Topik tingkat 5: angka Arab dalam kurung (1), (2) , dan seterusnya

Topik tingkat 6: huruf kecil dalam kurung (a), (b), dan seterusnya

Simbol-simbol harus ditempatkan sedemikan rupa sehingga mudah terlihat.

Letak tipografinya sbb.:

I. …………

A. ……..

1. ………

a. ……..

(1) ……….

a. ………..

Semakin penting atau semakin tinggi sebuah unit, semakin ke kiri tempatnya.

Semakin kurang penting atau semakin rendah unitnya, semakin ke kanan tempatnya.

Dapat pula disusun sbb :

Topik tingkat 1: angka Arab 1. (dengan titik)

Topik tingkat 2: Angka Arab 1.1 (tanpa titik)

Topik tingkat 3: angka Arab 1.1.1 (tanpa titik)

Topik tingkat 4: angka Arab 1.1.1.1 (tanpa titik)

Topik tingkat 5: angka Arab 1.1.1.1.1. (tanpa titik)

Topik tingkat 6: angka Arab 1.1.1.1.1.1 (tanpa titik)

B. Berdasar perumusan teksnya:

1. Kerangka kalimat